Sikap Moderat Beragama Di Tengah Pandemi

 Islam moderat merupakan sikap keberagamaan Islam yang mengambil jalan tengah (wasath) antara dua paham atau pemikiran yang ekstrem. Sikap tersebut merupakan hasil dialektika pemahaman atau pemikiran Islam yang ada sebelumnya.

Dalam kondisi pandemi, sikap moderat dalam beragama diantaranya yaitu pertama,  bersabar menghadapi musibah Covid-19. “Sabar merupakan manifestasi keyakinan teologis (akidah) yang diimplementasikan dalam sikap (Akhlak) menghadapi praksis kehidupan sehari-hari,”.

Kedua, mengikuti anjuran pemerintah, pakar dan pihak berwenang dalam penanganan Covid-19. 

Ketiga, mengutamakan keselamatan manusia sesuai dengan kaidah fikih Dar’ul Mafasid Aula Min Jalbil Masholih atau menghilangkan kemudharatan itu harus didahulukan ketimbang mengambil manfaat.

Keempat, tolong menolong dalam mengatasi Covid-19 dan dampaknya. “Tolong menolong harus ikhlas tanpa dibatasi suku, agama dan status sosial. Ini merupakan perwujudan dalam memperkokoh ukhuwah Islamiyah, Basyariyah, dan Wathoniyah,”.

Salah satu hikmah pandemi ini, Bumi memiliki waktu untuk istirahat dan mengembalikan keseimbangannya. Menurutnya, eksploitasi alam yang berlebihan membahayakan kehidupan manusia.

Keserakan bukan hanya dalam ekploitasi sumber daya alam atau ekonomi, tetapi juga politik. “Keserakahan itu keinginan manusia untuk dominan, tidak memberikan ruang kepada orang lain. Termasuk dunia Islam,”.

“Doktrin jidah mengalami kristalisasi. Awalnya makna jihad itu sifatnya defensif, pembelaan diri, tetapi berubah menjadi offensif. Seluruh dunia digambarkan dalam situasi perang. Ini berbahaya,”.

Direktur Pascasarjana UIN Yogyakarta ini juga mengapresiai pembentukan PKMB UIN Raden Intan Lampung. “Kita (Bangsa Indonesia) tentu tidak rela untuk tercabik-cabik seperti di Syria dan negara konflik lainnua. Makanya kita harus melakukan kuda-kuda, seperti yang dilakukan UIN Lampung membentuk Pusat Kajian Moderasi Beragama,” ujarnya.

Meminjam istilah Cliford Gerts, agama yang menonjol saat ini adalah agama yang performatif, yang hanya ditonjol-tonjolkan terhadap orang lain. “Basic agama adalah spiritualisme. Agama yang spiritual itu adalah agama yang indah, yang berjalan dengan tradisi, lokalisme, dan menerima keberagaman. Seperti alam back to nature, agama juga harus back to basic,” tambahnya.

Sementara A Saifuddin Zuhri menyampaikan kondisi beragama dan umat muslim di China. Dia juga menjelaskan secara singkat tentang sejarah muslim di China.

Terkait dengan virus Covid-19 yang berasal dari Wuhan, China, Zuhri mengatakan bahwa saat pertama kasus itu merebak, umat muslim di sana bersolidaritas dengan menggalang dana dan memberi bantuan. “Umat muslim di China sangat moderat dan tak ada egoisme dalam beribadah,” katanya.

Dari pertengahan Januari 2020 sampai saat ini, masjid di China juga ditutup untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. “Disetiap masjid di China tertulis identitas negara tentang sosialisme dan ucapan cinta tanah air dan agama. Atau kita kenal dengan ungkapan hubbul wathon minal iman,” pungkasnya. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penerapan Moderasi Beragama dalam Pendidikan Indonesia

Syarat Melakukan Aktivitas Fisik di Luar Rumah Dengan Aman

Relasi Agama : Manfaat Agama untuk Kesehatan Dunia Akhirat